Ketika berbicara mengenai pemborosan, penting untuk mendefinisikan terlebih dahulu tiga jenis aktivitas yang berbeda pada perusahaan. Berikut adalah definisi tiga aktivitas tersebut menurut Hines dan Taylor (2000):
- Vallue Added Activity (VA), adalah aktivitas yang mempunyai nilai tambah terhadap produk atau jasa. Untuk menentukan VA dalam suatu kegiatan atau aktivitas maupun proses, baiknya ditentukan terlebih dahulu kebutuhan pelanggan.
- Non-Vallue Added Activity (NVA), adalah aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah terhadap produk atau jasa di mata pelanggan karena dapat menciptakan 7 pemborosan (waste) di perusahaan. Aktivitas ini termasuk waste dan harus dieliminasi.
- Necessary but Non-Vallue Added Activity (NNVA), adalah aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah terhadap produk atau jasa tetapi dibutuhkan. Aktivitas tersebut dapat menimbulkan waste tetapi kegiatan tersebut harus dilakukan karena jika tidak dilakukan akan menyebabkan proses supply chain terganggu.
Jenis-jenis pemborosan (waste)
Waste yaitu kegiatan yang tidak memberi nilai tambah dalam proses bisnis. Terdapat tujuh jenis pemborosan yaitu sebagai berikut:
- Innaproriate Processing
Innaproriate processing merupakan pemborosan yang muncul jika proses dan peralatan yang dipakai tidak dilaksanakan dengan benar dan melakukan langkah yang tidak perlu untuk memproses komponen.
- Transportation
Transportation merupakan pemborosan pergerakan perpindahan barang dan manusia tapi tidak memberikan nilai tambah bagi konsumen. Tata letak ruang penyimpanan yang tidak baik akan membuat tenaga kerja bergerak cukup jauh dan waktu yang lama sehingga meningkatkan biaya perpindahaan dan biaya penyimpanan. Risiko barang cacat atau hilang dapat terjadi pada saat melakukan tansportasi, untuk itu perlu adanya pengelolaan tata letak dan pemilihan rute pengiriman yang tepat.
- Unnecessary Movement
Unnecessary Movement merupakan gerakan atau perpindahan yang dilakukan oleh karyawan selama melakukan pekerjan yang merupakan gerakan yang tidak memberikan nilai tambah dan tidak efektif untuk dilakukan seperti meraih, mencari, memilih dan menumpuk komponen atau pun alat, selain itu pergerakan yang tidak perlu juga dapat terjadi pada material.
- Defect
Produk cacat akan mengganggu aliran produksi yang baik. Jika ditentukan, produk tersebut harus segera diperbaiki sebelum ke proses selanjutnya. Perbaikan atau pengerjaan ulang dan inspeksi ulang pun pun termasuk kategori waste.
- Waiting
Terdapat dua macam waktu tunggu, yaitu waktu tunggu bagi karyawan dan waktu tunggu bagi bahan baku atau barang jadi. Waktu tunggu karyawan karena karyawan menunggu kedatangan bahan baku, atau bahan baku lama tersimpan tidak diproduksi karena karyawan membiarkan terlalu lama. Proses produksi yang tidak berjalan atau menunggu yang diakibatkan seperti menunggu alat, kehabisan material, keterlambatan proses, kerusakan mesin merupakan suatu pemborosan yang harus dihilangkan.
- Overproduction
Hasil produksi berlebih menyebabkan inventory yang tidak dibutuhkan, membutuhkan proses penanganan barang, dan proses pengendalian kualitas yang lebih. Hasil produksi yang berlebih juga dapat menimbulkan biaya tenaga kerja yang berlebih, biaya simpan yang berlebih, dan transportasi yang berlebih.
- Inventory
Inventory diadakan sesuai perhitungan safety stock, perlu dilakukan proses pemeriksaan jumlah inventory di gudang dengan jumlah tercatat yang disiplin, supaya tidak ada inventory tersimpan lama dan berisiko tidak terpakai. Bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi yang berlebih menyebabkan lead time yang panjang, barang dapat menjadi kadaluarsa, barang rusak, memakan banyak ruang, peningkatan biaya transportasi dan penyimpanan, dan keterlambatan dalam pengiriman.
Mengurangi pemborosan merupakan salah satu bentuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas. Semakin sedikit pemborosan yang terjadi, maka semakin cepat proses bisnis yang berjalan sehingga berdampak pada kecepatan suatu produk/jasa sampai di tangan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mendefinisikan pemborosan yang terjadi pada proses bisnisnya dan menjadikannya sebagai peluang untuk perbaikan sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.